Rejected (Lagi) Sudah Biasa

Pagi ini saya begitu bersemangat untuk menyalakan laptop, entahlah ada hasrat yang begitu besar untuk melihat peti masuk surat elektronik yang saya punya. Memang, kurang lebih dua hari tidak tersentuh barang sedetikpun karena rasa malas.

Satu persatu saya layangkan pandangan membaca setiap barisnya, tidak ada yang spesial hanya deretan beberapa notifikasi webinar dan beberapa iklan. Secara cepat saya putar mouse wheel ke bawah dan sekilas tertangkap oleh mata saya sebuah nama asing yang belum pernah saya baca sebelumnya. Saya lihat waktu pengiriman, dan baru tersadar ternyata tiga hari yang lalu (18 Juni 2020). Seketika perasaan saya menjadi gundah dan pikiran serasa kosong.

Butuh dua, tiga kali membaca untuk meyakinkan diri bahwa sekali lagi saya ditolak. Ini adalah kali keempat manuskrip saya ditolak oleh Jurnal Kuartil pertama. Spontan sayapun tersenyum, ada perasaan lega sekaligus sedih. Lega karena sudah ada kepastian, sedih karena sadar bahwa kualitas saya masih sangat jauh untuk bisa menembus ke sana. Seperti lagu Nella Kharisma, saya sadar posisi dan berupaya untuk mundur alon-alon.

Status rejected memang menyesakkan, tapi lebih sakit kalau kita digantung tanpa keputusan

Status rejected memang menyesakkan, tapi lebih sakit kalau kita digantung tanpa keputusan. Beberapa hal menjadi catatan saya saat ini, terutama terkait dengan kelanjutan mimpi-mimpi besar yang sudah dirancang. Reset ulang semua program, menata kembali jadwal, dan menimbang kembali apakah tetap melanjutkan atau mengakhiri peran sebagai tim penyunting di salah satu jurnal. Mungkin semua orang akan merasakan hal sama ketika sudah tidak dirasakan rasa nyaman.

Memang rasa sakit karena penolakan sudah tidak lagi saya rasakan, sudah kebal dan tahan banting. Saya harus segera mencari kesenangan, melakukan apapun yang membuat pikiran ini nyaman dan tenang. Kembali menggali tambang-tambang ilmu dan kajian diluar sana. Kalau kata orang zaman dulu, saya harus menyendiri, mengasingkan diri, dan menikmati sepi.

Kudus, saat panas dan terik.

Credit gambar:

Photo by Steve Johnson from Pexels

0 comments
0 likes
Prev post: Tentang Lord DidiNext post: Kenalan Dengan Digital Content (KDDC)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.