Tentang Lord Didi

Kepergian maestro musik campursari, The Godfather of Broken Heart, Didi Kempot memang mengejutkan banyak pihak, termasuk saya. Masih hangat dalam pembicaraan bagaimana Lord Didi Kempot memberikan satu sumbangsih yang sangat luar biasa bagi Bangsa dan Negara ini melalui Konser penggalangan dana untuk memerangi Covid 19. Sebuah karya dan persembahan yang manis menjelang beliau tutup usia.

Jujur saja, saya mulai mendengar lagu-lagu didi kempot di akhir-akhir masa sekolah menengah atas. Saat itu selain Limp Bizkit dan Linkin Park lagu-lagu campur sari memang sering berseliweran dan dapat didengarkan di mana-mana. Tidak hanya di radio, lagu-lagu dengan lirik bahasa Jawa ini acap kali terdengar di trotoar tempat penjual VCD, resepsi pernikahan, pesta, dan tentu saja panggung dangdut. Saat itu memang bisa dikatakan era di mana campursari dan revolusi baru musik dangdut (Dangdut Koplo) mulai muncul. Selain Didi Kempot, ada Cak Diqin dengan lagunya yang juga booming pada saat itu, Tragedi Tali Kutang. Ada juga lagu Alun-alun Nganjuk yang jadi daftar putar favorit saya selain band-band hip metal yang musiknya bising kata kebanyakan orang tua. Beberapa lagu Didi Kempot yang sangat berkesan bagi saya saat itu adalah Cucak Rowo, Jambu Alas, dan tentu saja Stasiun Balapan.

Selain peninggalan lagu-lagu yang hits, dan segala kontribusinya terhadap kebudayaan Indonesia (terutama Jawa), Lord Didi meninggalkan satu warisan yang nampaknya akan sulit untuk di tiru oleh musisi Indonesia dalam waktu dekat. Warisan itu adalah Sobat Ambyar atau Sad Girls dan Sad Boys. Sebuah perkumpulan orang-orang yang begitu menggilai karya dari almarhum Didi Kempot dan memiliki perasaan senasib dan seperjuangan. Mereka merasa ada satu kesamaan nasib dan takdir, yaitu pernah sakit hati. Cukup mudah sebenarnya untuk mengenali siapa sebenarnya sobat ambyar itu. Saat ini kata ambyar menjadi satu istilah yang lekat dengan kisah-kisah percintaan yang tragis, gagal, tertikung, serta meratapi kesedihan. Inilah kenapa seorang Didi Kempot amat sangat pantas untuk disebut legenda. Lord Didi Kempot dengan tangan yang tak terlihat dapat menyatukan individu-individu yang hatinya korat-karit (berantakan dalam bahasa Indonesia) dan bercerai berai. Kumpulan individu-individu tersebut tidak hanya sekedar kumpulan (komunitas) biasa, tetapi dapat dikatakan sudah mempunyai sebuah ideologi dan pergerakan. Ideologi yang ditauladani dari sikap seorang Didi Kempot.

Lagu-lagu Didi Kempot menjadikan musik Jawa menjadi satu kultur baru dalam dunia musik. Punk, Grunge, dan Reggae adalah contoh nyata sebuah sub budaya yang muncul karena kecintaan terhadap musik yang didengarkan atau dimainkan. Begitu juga lagu-lagu Lord Didi Kempot, mampu menjadikan skena baru di seantero Indonesia, dan bahkan sampai ke Suriname di benua Amerika sana. Coba kita lihat fenomena lagu-lagu Lord Didi, semua orang begitu menikmati dan terbawa emosi, larut dalam perasaan sakit, dan menjadi lega setelah meluap semua dalam satu lagu. Lirik-lirik yang tulus, jujur, mewakili perasaan dan emosi setiap orang yang mendengarkan lagu-lagu Lord Didi. Terkadang kita butuh orang lain untuk mendengarkan keluh kesah dan rasa kecewa, namun saat ini semuanya bisa terobati dengan berdendang serta larut dalam irama lagu-lagu Didi Kempot. Saat ini setiap orang adalah sobat ambyar, dalam situasi dan kondisi apapun kita tidak akan malu-malu lagi untuk mengakui kegagalan cinta, rasa kecewa, dikhianati, dan kita menertawakan kegagalan itu. Joged dan bernyanyi adalah ramuan ampuh untuk menghilangkan perasaan ambyar dan sakit hati.

Ada banyak quotes dari Sang Maestro yang bisa kita jadikan pegangan salah satu yang paling banyak dikutip adalah “Opo wae sing dadi masalahmu, Kuwat Ora Kuwat Kudu Kuwat. Tapi Misale kowe uwis ora kuwat tenan, yo Kudu Kuwat (Apa saja yang jadi masalahmu, kuat tidak kuat kamu harus kuat. Tapi misalnya kamu sudah tidak kuat beneran, ya harus kuat)”. Secara sederhana pesan dari Lord Didi ini mengisyaratkan kita untuk ikhlas dalam kondisi apapun. Tidak perlu ada yang disesali, tidak perlu sampai kita larut dalam tangisan. Ayo bangkit, pasti rasa sakit itu akan hilang seiring berjalannya waktu. Maka perginya Lord Didi harus menjadi awal baru bagi dunia musik di Indonesia. Kepergian beliau adalah pembuka pintu bagi siapapun kita untuk berkarya dengan tulus dan ikhlas, tidak menyerah sampai kita mencapai apa yang kita cita-citakan. Tidak perlu bersedih, kecewa, dan sakit hati, ketika buntu dan menemui kegagalan. Senyum, dan selalu optimis untuk bangkit, buat semuanya menjadi sederhana seperti pesan beliau mari kita Njogeti lara ati.

Sumber Gambar: Ceknricek

 

0 comments
2 likes
Prev post: Menuju Normal Baru: InsecureNext post: Rejected (Lagi) Sudah Biasa

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.