Putar Balik Bagian Pertama

Pagi ini saya dan istri begitu bersemangat untuk melakukan perjalanan. Yups, seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, kami akan pulang kampung. Ya setelah sekian lama, karena kali terakhir kita pulang adalah lebaran 1444 Hijriah. Dengan niatan silaturahim dan mengunjungi orang tua, kami berharap perjalanan kami akan lancar.

Kami memulai perjalanan sekira pukul 05.30 pagi. Mobil melaju dengan pelan, kami ingin menikmati suasana pagi hari yang lengang. Seperti biasa, kami berbincang banyak hal, biar tidak bosan.

Setelah kami menempuh jarak sekitar 14 kilometer, terjadi sesuatu pada mobil yang kami kendarai. Entah kenapa tiba-tiba mesin mobil mati saat kami melintas diantara truk tonton dan motor. Walau sedikit kaget, saya berupaya tetap tenang, dan mengalahkan laju mobil kami ke pinggir jalan.

“Lho kenapa kok berhenti?” Istri saya berucap heran.

“Mobilnya mogok” jawabku singkat, sambil ketawa kecil.

Istri saya tentu sangat hafal dengan situasi semacam ini. Bukan kali pertama mobil kita tiba-tiba ngambek dan tidak mau jalan. Cukup lama kami berfikir dan merenungkan apa yang terjadi saat ini.

“Kemarin gak diperiksa dulu?” Istriku bertanya.

“Udah kok, mungkin akan tekor” saya menjawab sembari membuka pintu mobil untuk memastikan.

Istri saya tentu sangat hafal dengan situasi semacam ini. Bukan kali pertama mobil kita tiba-tiba ngambek dan tidak mau jalan.

— Nuskhan Abid

Semua sudah saya periksa, namun nampaknya saya tidak mengerti kenapa mobil kami bisa mogok. Karena saya juga tidak paham soal mesin mobil. Akhirnya kami putuskan untuk menunggu beberapa saat, biasanya ketika sudah dingin mobil bisa dinyalakan kembali. Namun, setelah menunggu sekitar tiga puluh menit, ternyata kami belum berhasil menyatakan mobilnya.

Saya bertanya kepada beberapa orang yang lewat, apakah ada bengkel mobil yang bisa memeriksa mobil kami. Tiga orang yang saya tanya kompak menjawab tidak tau. Saya mencoba berfikir dan mengingat, siapa yang bisa dihubungi pada saat seperti ini? Cukup lama saya menjelajahi daftar kontak di ponsel.

“Ahaa… sayang, apa nama bengkel yang di bawah pohon itu?” Tiba-tiba Allah mengirimkan sinyal ke dalam pikiran saya. 

Saya ketik “dua serangkai” pada menu pencarian, dan Alhamdulillah nomor tersebut tersimpan di ponsel saya. Dengan penuh semangat, saya kirim pesan ke nomor WhatsApp bengkel itu. Namun, nomornya tidak aktif, hanya centang satu.

Tidak putus asa, saya mencoba melakukan Panggilan suara ke nomor bengkel tersebut.

“Alhamdulillah ada nama aktif” gimana dalam hati.

“Nomor yang Anda tuju tidak menjawab Panggilan ini”

Beberapa kali jawaban itu saya dengar dari ponsel. 

“Mungkin masih tidur, atau sedang sibuk” jawabku kepada istri saat dia bertanya apakah nomornya bisa dihubungi atau tidak.

Setelah beberapa saat, tiba-tiba ada Panggilan masuk. Ternyata itu dari bengkel yang tadi saya hubungi. Setelah ngobrol dan bertanya tentang kondisi mobil saya, akhirnya beliau bersedia untuk datang ke lokasi mobil saya yang mogok. Namun, setelah lama menunggu Mas Hud (nama pemilik bengkel) belum juga nongol.

Jam menunjukkan pukul 7.30, namun belum ada tanda-tanda Mas Hud akan datang. Karena bosan menunggu, akhirnya saya putuskan untuk menulis cerita ini. Ditengah prose menulis tiba-tiba Mas Hud mengirimkan Panggilan suara. Beliau hanya berkata “saya OTW”. Saat saya menulis paragraf ini tepat pukul 7.47 pagi, Mas Hud belum juga nampak.

Bersambung … …

0 comments
1 like
Prev post: Membumikan Mendeley Bersama Tadris Biologi IAIN KudusNext post: Putar Balik Bagian Kedua

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.