Sudah berapa banyak usia Anda? Empat puluh? Tiga puluh? Atau masih beranjak remaja? Berapa banyak kenangan indah yang Anda ingat sampai hari ini? Berapa banyak kenangan duka yang juga Anda ingat saat ini? Setiap orang tentu punya memori yang beragam, baik-buruknya, suka-dukanya kembali kepada diri kita masing-masing. Apakah masih teringat apa yang biasa Anda lakukan saat kecil dulu?
Hari ini (Kamis, 3 Desember 2020) sekira pukul 16.30 saya sudah berada di rumah. Pemandangan sore ini tidak jauh berbeda dari biasanya, banyak orang lalu-lalang dan bergegas untuk menuju rumah masing-masing setelah seharian bekerja. Salah satu pemandangan rutin lainnya yang biasanya saya dapatkan ketika sore hari adalah sekumpulan anak-anak yang bermain bola di lapangan depan rumah.
Seperti biasanya, sore ini mereka berkumpul di depan fasilitas umum yang terletak hanya sekitar beberapa meter saja dari rumah yang saya tempati. Sekitar delapan sampai sepuluh anak-anak biasanya menghabiskan waktu sore hari dengan bermain bola di sini. Penuh keceriaan, canda, tawa, tanpa ada beban dalam diri mereka. Bisa jadi masalah terberat dalam hidup mereka adalah tugas tugas sekolah. Kelak apa yang mereka kerjakan saat ini akan menjadi memori dan hiburan ketika level usia mereka bertambah.
Memperhatikan bagaimana semangat mereka dalam berebut bola, semangat untuk tidak menyerah atau kalah, mempertahankan gawang mereka agar tidak kebobolan menjadi sebuah memoar yang menarik kembali ingatan saya. Saya merasa melihat duplikat diri sendiri dua puluh empat tahun yang lalu. Sengitnya persaingan untuk menjadi yang paling unggul dalam hal ranking kelas, saling pamer mainan baru, ataupun ingin selalu menang dalam setiap permainan. Itu hal-hal kecil di masa lalu yang bisa saya potret untuk menjadi sebuah pelajaran dan perenungan. Namun kondisi ini mungkin saja berbeda dengan generasi saat ini bergantung dari lingkungan tempat dimana kita tinggal dan dengan siapa saja kita berinteraksi.
Sore ini sambil memainkan gitar, pandangan mata saya masih belum bisa beralih dari permainan gembiranya anak-anak dalam berebut bola. Dalam hati saya bertanya, ketika kita sudah di usia senja, ketika kita sudah menjadi orang tua, guru, dosen, atau profesi lainnya, masikah kita mencari hiburan dan kesenangan yang sama dengan saat kita masih ingusan? Apakah kita masih punya semangat untuk saling pukang satu sama lain? Apakah kita masih berhasrat untuk selalu jadi pemenang dalam setiap permainan? Apakah kita masih bersemangat untuk saling tekel, saling dorong, saling tinju agar bahagia? Kita bukan lagi bocah yang mendadak menjadi berani untuk berkelahi hanya gara-gara berebut bola, berkelahi hanya gara-gara teman-teman kita memanggil kita dengan nama orang tua kita. Itu hiburan masa kecil kita, pasti Anda akan tersenyum ketika kembali membangkitkan memori masa lalu. Bagaimana, apakah Anda sudah terhibur dan bahagia hari ini?
Telolet…telolet…telolet…. Mendadak pikiran saya ambyar dan lamunan saya terhenti, saat pedagang pentol ojek membunyikan teloletnya tepat di seberang jalan. Sudah senja rupanya, sebentar lagi adzan maghrib berkumandang. Bocah-bocah itupun sudah mengakhiri permainan, sebelum emak mereka berteriak lantang meminta mereka untuk bergegas pulang. Selamat beraktifitas semuanya, semoga Anda sekeluarga sehat selalu. Semoga bermanfaat.
Credit:
Image by Nuskhan Abid