Anggap Enteng

Aroma air hujan masih semerbak kala kupacu motor melintasi sepanjang jalan menuju gerbang perumahan. Aku memperlambat laju motor saat melewati pos keamanan, samar-samar dapat kulihat Pak Tri salah satu satpam di komplek perumahan kami yang mendapatkan tugas jaga malam ini (Selasa 1 Desember 2020).

“Selamat malam Pak Dosen, Persebaya josss…”

Itu adalah sapaan khas dari Pak Tri setiap kali saya melewati pintu gerbang perumahan, aku hanya menjawab dengan bunyi klakson dan berlalu melewati portal yang hanya dibuka sepertiganya. Tidak seperti biasanya, suasana di sekitar perumahan sangat sepi, mungkin karena turun hujan dari sore tadi. Rintik hujan juga masih bisa saya rasakan walaupun saya menggunakan jaket two stripe Persebaya warna hitam yang biasa saya pakai. Sampai di ujung jalan saya langsung menuju ke penjual nasi goreng yang langganan saya. Rasa lapar mengajak saya untuk keluar rumah selarut ini. Cukup kecewa ketika mendapati bahwa gerobak nasi goreng yang mangkal sudah terlihat gelap, saya baru sadar ketika melihat jam di ponsel sudah menunjukkan pukul 22. 14.

“Ah kemalaman gumanku dalam hati”

Segera kubanting setir motorku menuju pusat jajanan disekitar kampus UMK sambil mengarahkan pandangan ke segala penjuru mencari penjual makanan. Kulihat minimarket sudah tutup, kios-kios di depannya juga sudah mematikan lampu, semoga masih ada harapan berkata dalam hati. Beberapa saat kemudian hati saya sontak kegirangan ketika melihat sebuah kios yang terlihat terang benderang. Sangat jelas terpampang di depan warungnya tertulis Soto Fresh dengan font warna kuning dan hijau yang kontras dengan background berwarna hitam.

“Wah akhirnya, makan soto malam ini..”

Sejurus kemudian saya masuk ke dalam, terlihat peralatan masak dan beberapa meja sudah dirapikan, nampaknya pedagang sudah bersiap untuk tutup dan pulang. Akhirnya dengan cepat saya pesan satu mangkuk soto dan segelas teh panas. Aku memilih untuk duduk di luar, suasana malam ini sejuk dan membuat hati tenang. Tidak banyak kendaraan berseliweran, saya semakin menikmati suasana malam ini. Sekitar lima menit kemudian seorang Ibu-ibu mendekati saya dan mengantarkan semangkuk kecil soto beserta sambelnya. Kulihat kuah sotonya masih terasa panas untuk saya makan, aku hanya mengaduk-aduk kuah di dalamnya agar nasi, bihun, dan sayurnya tercampur. Kulihat juga irisan tomat segar berwarna merah semakin membuat perutku tidak sabar untuk mencernanya. Namun aku harus sedikit bersabar karena kuah terasa masih panas.

Sementara menunggu kuah soto cukup hangat untuk saya makan, kuperhatikan tempat sambel berupa mangkuk kecil berukuran dua ratus mililiter. Warna sambalnya kuning kemerahan, dalam hati saya bergumam sambel di kota ini biasa-biasa saja, tidak ada apa-apanya dibanding dengan sambal di rumah buatan istri saya. Dengan penuh keyakinan saya tuangkan dua sampai tiga sendok kecil ke dalam mangkuk soto. Tak lupa membaca doa, saya aduk perlahan sotonya agar tercampur semua bumbu dan sambalnya.

Dengan penuh keyakinan saya ambil kuah satu sendok penuh dan melahapnya. Namun harapan terkadang tidak sesuai kenyataan, tiba-tiba saja saya tersedak karena kuah soto ini sangat-sangat pedas. Mukaku langsung memerah dan tubuh terasa panas dibuatnya. Saya langsung panik dan seketika meraih tisu untuk mengelap bibir yang terasa panas karena sambal. Saya coba menenangkan diri dan mengambil segelas teh hangat lalu meneguknya beberapa kali. Saya berupaya keras untuk membuat semangkuk soto ini agar tidak terasa pedas, saya tambahkan kecap kedalamnya namun usaha saya tidak berhasil.

Malam ini saya makan semangkuk soto pedas, bikin dower hahaha.. Butuh perjuangan cukup lama bagi saya untuk menghabiskan semangkuk kecil soto ini. Saya bersandar pada tembok, sambil memandang suasana sekitar yang lengang karena malam. Sambil mengatur nafas saya merenung dan berfikir bagaimana bisa saya memandang sebelah mata sambal ini. Kulayangkan tangan dan mengangkat mangkuk kecil berisi sambal, sambil menyadari sikap pandir saya ini. Kita harus rendah hati jangan angkuh dan jangan pula sombong. Buya Hamka pernah berpesan harus tahu diri. Saya terlalu menganggap enteng, remeh temeh, cekether, semangkuk sambal ini. Ini pesan dan pelajaran berharga bagi saya dan anak cucu saya kelak jangan pernah anggap enteng segala hal walaupun itu sebatas sambal. Selamat beristirahat…

Ini pesan dan pelajaran berharga bagi saya dan anak cucu saya kelak jangan pernah anggap enteng segala hal walaupun itu sebatas sambal.

— Nuskhan Abid

Credit:

Image by Nuskhan Abid

0 comments
1 like
Prev post: Sama-sama Jadi DebuNext post: Ketahuan Istri

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.