Setiap pemula dalam bidang apapun tentu mempunyai harapan yang sangat tinggi. Sebuah keinginan yang penuh idealisme dan hasrat yang menggelora. Hal tersebut berlaku juga lho dalam hal tulis-menulis. Seperti saya, ketika memulai membangun situs ini ada banyak harapan dan keinginan yang fenomenal. Keinginan untuk posting setiap hari, membuat tulisan seperti orang-orang hebat semacam Pak Dahlan Iskan misalnya adalah salah satu harapan saya ketika memulai membuat situs ini. Alih-alih posting setiap hari, ide-ide dalam kepala hanya menjadi jelaga yang semakin lama semakin tebal dan terlihat suram. Hmmm… dengan banyak alasan untuk menghindar dari rutinitas menulis. Pada akhirnya jarang nulis, jarang posting, dan tentunya gak produktif.
Adanya keinginan untuk menulis yang sempurna, enak dibaca, dan mendapatkan banyak atensi adalah salah satu penyakit penulis pemula serti saya. Hal itulah yang akhirnya membuat kita menemui tembok tinggi ketika baru memulai penulisan. Kita ingin segala sesuatunya harus ideal dan sempurna. Hasilnya kita hanya berputar-putar pada tatanan pemikiran tanpa aksi langsung. Harusnya kita mulai saja menulis tanpa harus peduli dengan omongan orang. Kalau dipikir-pikir tidak semua orang hobi baca, jadi belum tentu juga mereka baca tulisan kita. Betul gak??
Saya jadi teringat salah satu rekan saya semasa mengajar di SMK Negeri 1 Jombang. Beliau adalah Bu Umi Kulsum, sama-sama guru bahasa Inggris, namun bedanya adalah beliau begitu produktif dalam menulis sedangkan saya tidak, ha ha ha… Suatu ketika kami ngobrol di perpustakaan, dulu setiap hari pasti saya sempatkan untuk selalu ke perpustakaan walaupun hanya sekedar ingin baca berita olahraga di Jawa Pos. Oh iya, dalam obrolan kami pada saat itu saya bertanya kepada beliau, bagaimana cara agar kita bisa menulis. Saya masih ingat dan merekam jawaban beliau sampai sekarang.
“Mulai saja menulis, tuliskan saja apa yang ada dipikiran, untuk awalan tidak harus membuat tulisan yang panjang”
Menulis adalah sebuah proses tidak harus terburu-buru. Mulai saja menuliskan seratus enampuluh karakter di Twitter, buat status di Facebook, membuat microblog di Instragram, atau gunakan platform menulis lainnya yang sekarang sudah menjamur. Intinya adalah konsistensi, sama seperti sebuah keris, ditempa berkali-kali maka hasilnya akan luar biasa. Semakin sering kita menulis akan semakin mudah kita memindahkan pikiran kita kedalam bentuk kata dan kalimat lalu menyambungnya menjadi sebuah paragraf. Semakin sering menulis semakin terasah kemampuan kita asalkan kita tidak malu-malu untuk membagikan tulisan kita agar dibaca oleh orang lain. Share tulisan Anda di status WhatsApp, Facebook, atau media sosial lainnya yang Anda miliki. Intinya, menulis saja, sedikit demi sedikit, perlahan, jangan terburu-buru. Mungkin sama seperti mengejar gebetan, jangan buru-buru, terus saja berikan perhatian maka cinta akan datang tepat pada waktunya.
Intinya, menulis saja, sedikit demi sedikit, perlahan, jangan terburu-buru. Mungkin sama seperti mengejar gebetan, jangan buru-buru, terus saja berikan perhatian maka cinta akan datang tepat pada waktunya.
Credit:
Photo by Alex Blăjan on Unsplash